Kue Jongkong lebih dikenal sebagai kue atau jajanan pasar khas Bangka Belitung dan jajanan Melayu Sumatera. Bentuknya berlapis atau berlayer yang terdiri dari warna putih, hijau dan coklat.

Seniberjalan.com – Kue Jongkong kini menjadi jajanan nusantara. Tak perlu mencari dari daerah asalnya karena di pasar-pasar tradisional berwarna ini sudah dijajakan.

Nur Imamah, seorang ibu rumah tangga asal Batam adalah pengusaha kue Jongkong. Sehari-hari Imamah memanfaatkan waktu luangnya untuk mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) tersebut dari rumahnya.

Imamah begitu ibu empat anak ini dipanggil mengemasnya ke dalam kemasan plastik mini. Ia ditemui saat gelaran Malay Creating Festival, di Batam Sabtu (8/9/2018). Kebetulan Imamah memasarkan produk UKM di acara tersebut.

Perempuan berjilbab ini menyebut Jongkong dengan sebutan Jungkong. Menurutnya penamaan itu maksudnya sama saja. Dari cerita Imamah, kue ini memang berasal dari Bangka Belitung. Menurutnya di sana kue Jongkong dikemas menggunakan kaleng susu.

“Iya asalnya dari sana, tapi sudah dibilang sebagai kue nusantara, atau kue khas Melayulah, kalau di daerah lain selain Bangka ada yang mengemas dengan menggunakan daun pandan atau daun pisang,” kata dia saat itu.

Jajanan ini sekilas terlihat seperti puding. Namun, saat mencicip makanan ini rasanya hampir mirip dengan bubur sum-sum. Dijelaskan Imamah bahan dasar utama jajanan ini adalah tepung beras.

“Iya rasanya seperti bubur sum-sum karena bahan dasarnya sama,” ujar Imamah menambahkan.

Layer pertama yang berwarna putih pada kue ini adalah bahan tepung beras. Dilayer kedua yang berwarna hijau menggunakan daun suji dan layer terakhir berwarna coklat adalah pemanis yang menggunakan bahan dasar gula aren.

Baca juga: Masuk Agenda Jazz Nasional, Bajafash 2019 Berlanjut

Aman dikonsumsi bayi

Menurut Imamah yang sudah berjualan kue Jongkong sejak tahun 1996 ini bahwa kue Jongkong sangat aman dikonsumsi terutama aman untuk bayi. Kue Jongkong menurutnya juga berkasiat untuk kesehatan.

“Karena bahan-bahannya alami semua makannya aman dan saya tidak menggunakan bahan pengawet sehingga gak berbahaya untuk kesehatan. Justru sebaliknya, makanan ini baik untuk kesehatan misalnya bisa menetralkan tekanan darah, apalagi klorofilnya juga tinggi,” kata dia.

Dalam mengolah, Imamah sendiri juga memilih bahan-bahan pilihan. Misalnya pilihan kelapa untuk campuran adonan utama tepung beras, perempuan ini memilih menggunakan kelapa bukit.

“Kelapa bukit beda dengan kelapa rawa, dan mengapa saya memilih kelapa bukit? karena kelapa bukit itu rasanya lebih gurih. Jadi rasanya lebih enak,” ujar perempuan yang berdomisili di Bengkong, Batam tersebut.

Karena tidak menggunakan bahan pengawet, jajanan ini tidak bertahan lama. Kue Jongkong bertahan selama 12 jam bila tidak didinginkan. Sementara bisa bertahan empat hari jika disimpan di kulkas.

Untuk memasarkan kue, selama ini Imamah belum mengandalkan toko. Jajanan kue Jongkong dipasarkan langsung olehnya melalui sekolah-sekolah, pemesanan di acara kondangan dan acara meeting.

“Selain itu saya promosinya melalui media sosial saja terutama di Facebook, pemesanan bisa langsung diantar kurir. Kalau pemesanan banyak minimal H-1 bisa dipesan terlebih dulu. Kalau gak Anda bisa datang ke sekolah Yos Sudarso atau SD IT Fajar Ilahi Batam,” ujar dia.

Selain, Kue Jongkong, kue khas Bangka Belitung lainnya yang dijual Imamah adalah kue Cang. Kue Cang termasuk jajanan khas Bangka yang dibungkus menggunakan daun pandan. Kue Cang berisi ayam dan ebi atau mirip dengan jajanan lemper.

“Paling banyak pemesanan tiap hari masih kue Jongkong. Paling banyak dipesan sekitar 1000 pcs,” kata perempuan berkerudung tersebut.

Untuk pemesanan jajanan ini pemesan bisa mengunjungi IG/FB; kedaibelitung. Imamah menarwarkan harga Rp 2000 untuk kemasan mini.

 

 

About the Author