seniberjalan.com–Satu destinasi yang wajib didatangi di Banda Aceh adalah Museum Tsunami Aceh. Gedung dengan luas 2500 m2 ini berlokasi di jalan Sultan Alaiddin Mahmudsyah no 10 kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh. Berjarak sekitar 400 meter dari mesjid yang dilewati tsunami, Baiturrahman.
Tiap hari pengunjung museum tidak pernah sepi, baik pengunjung lokal maupun pengunjung luar negeri. Museum Tsunami menjadi tempat saksi bisu yang memuat informasi Tsunami Aceh 26 Desember 2004. Tempat ini sebagai monumen bersejarah, mengenang bencana dan mengingatkan kembali betapa besarnya tragedi yang telah meluluh lantakkan rumah dan ribuan nyawa masyarakat Aceh waktu itu.
Museum Tsunami didisain oleh arsitek Ridwan Kamil. Mulai di bangun pada tahun 2009. Dari segi arsitektur tampaknya Ridwan Kamil memberikan rancangan terbaik. Bila memperhatikan miniaturnya, disain berbentuk seperti gelombang laut. Dengan memilih warna gedung dominasi coklat, Museum Tsunami tampak megah dan elegan dengan segala detail-detail ruang dan nilai-nilai religius yang dimainkan Ridwan Kamil.
Masuk ke Museum bertingkat empat ini akan memberikan sensasi berbeda. Pengunjung akan ikut merasa ‘merinding’ atau bisa membayangkan bagaimana saat bencana itu terjadi ketika melewati lorong jembatan di pintu masuk pertama museum. Lorong tersebut di disain berlampu remang-remang dengan sisi kanan dan kiri dirancang dinding dengan air mengalir. Bagi pengunjung yang pertama kali masuk ke lorong akan sedikit kaget, karena selain gelap, suara gemircik air, suara gemuruh yang sengaja dihadirkan bersama suara azan benar-benar memainkan rasa. Sedikit merinding, karena suasana itu seolah-olah membawa kita pada kekejadian itu. Tapi semua itu hanyalah ‘Shock Therapy’ sementara di ruang yang diberi nama ruang renungan.
Setelah itu kita akan berjalan ke ruang Memorial Hill yang dipenuhi dengan banyak monitor. Monitor itu dapat digunakan pengunjung untuk membaca informasi terkait Tsunami Aceh. Ruang berikutnya yang akan ditemui adalah ruang The Light of God, bagian terpenting dari museum ini. Dirancang berbentuk slinder atau corong. Dindingnya memuat ribuan nama korban Tsunami Aceh. Bila mengalihkan pandangan ke lorong atas kita akan merasakan sisi religiusnya, ada nama Allah diujung lorong. Mungkin itu yang dimaksud dengan cahaya illahi.
Berbeda lagi pemandangan yang diberikan saat naik ke lantai 2. Di sini tersedia ruang multimedia dan ruang 4 dimensi (tsunami Exhibition room). Di lantai 3 tersedia ruang geologi yang memuat berbagai informasi seputar tsunami seperti informasi bagaimana gempa dan tsunami terjadi. Di lantai ini juga terdapat perpustakaan dan mushala. Kunjungan akan berakhir di Escape Building, ruang penyelamatan darurat. Hanya dibuka pada saat darurat saja.
Selain ruangan-ruangan tersebut, di sini juga disediakan ruang terbuka untuk umum seperti taman dan tribun/panggung untuk pementasan. Biaya parkir Rp 3000 perorang (pengunjung lokal) dan Rp 5000 (mengunjung luarnegeri). Museum di buka setiap hari dari pukul 09.00-16.00 WIB.
by mero malala
museum ini emang sangat bernilai sejarah sekali bagi bangsa aceh
pastinya:)
Hai kak salam kenal
Kalau dari bandara ke museum ini naik apa ya?kira-kira berapa menit?
Trims
Hai
Naik bus bandara atau travel. Jarakny sektar 30 menit