Pertama kali datang ke Singapura yang saya cemaskan adalah soal makanan halal. Beruntung, datang sebagai tamu undangan, makanan halal sudah disediakan untuk rekan-rekan muslim.
Itu momen kedatangan saya beberapa tahun sebelum Covid-19 menyerang dunia. Sekarang, setelah pintu wisata kembali dibuka tampaknya Singapura mulai ‘ngeh’ dengan makanan halal.
Apalagi saat di pelabuhan Harbourfront, dengan mudah menemukan beberapa gerai makanan halal. Saya melihat ada penjual yang mengenakan hijab. Yakin-yakin aja makanan yang dijual halal. Yang pasti pertimbangkan saja apa saja menu-menu aman.
Saat itu, saya memesan spageti vegetable. Saya rasa ini aman. Sebenarnya banyak pilihan makanan halal lainnya seperti nasi ayam dan nasi lemak.Tapi saya lagi tak tertarik memakan nasi. Sementara untuk minuman saya memesan es teh, kalau di Batam kami menyebutnya ‘teh obeng.’
Es Teh yang saya pesan beda jauh dengan teh obeng yang saya idam-idamkan di Batam. Tehnya keruh hampir mirip teh susu. Rasanya juga kurang manis.
Ya sudahlah, perut udah keroncongan dan mulai kehausan. Gak banyak protes, langsung makan dan minum.
Untuk makan saya mengeluarkan kurang lebih Rp60 ribu atau sekitar 5 dolar Singapura. Sementara harga minuman di Singapura seperti es teh Rp20 ribu atau sekitar 2 dolar.FYI: Perlu diketahui, ketika selesai makan, sebaiknya kamu membereskan piring kotor sendiri. Di lokasi restoran biasanya disediakan ‘food tray’ tempat menaruh piring kotor.
Mencari lokasi pusat kuliner di Harbourfront tak sulit. Saat keluar dari pintu kedatangan pelabuhan, kamu tinggal belok kanan. Lokasi gerai makanan ini sangat ramai pengunjung karena berdampingan dengan berbagai penjual, ada yang halal dan enggak.
Duduk di taman pelabuhan dan hang out ke Vivo City
Selesai makan saya memilih duduk sebentar di taman Harbourfront. Letaknya tak jauh dari restoran.Atau kamu bisa mampir ke mal terdekat, Vivo City, persis sebelah pelabuhan. Di sini juga tersedia berbagai restoran yang harganya tentu lebih mahal.