Batam adalah salah satu kota yang memiliki lokasi yang sangat strategis. Kota ini berada di jalur internasional dan berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia.
Pulau Batam, Pulau Rempang, dan Pulau Galang serta pulau-pulau kecil lainnya di sekitar Selat Singapura dan Selat Malaka membentuk wilayah tersebut.
Jembatan Barelang menghubungkan ketiga pulau itu. Per 2015, sekitar 1.037.187 orang yang tinggal di Batam, menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batam.
Ketika Otorita Batam (saat ini BP Batam) membangun kota ini pada tahun 1970-an, hanya ada sekitar 6.000 orang yang tinggal di sana. Namun, populasi Batam meningkat 158 kali lipat dalam waktu 40 tahun.
Sejak tahun 231 Masehi, orang Melayu, yang dikenal sebagai orang selat, tinggal di Pulau Batam. Pada tahun 60-an, pemerintah menggunakan pulau ini sebagai pusat logistik minyak bumi di Pulau Sambu.
Batam pernah menjadi tempat Laksamana Hang Nadim berjuang melawan penjajah.
Baca juga: Pilihan Sarapan di Batam yang Mesti Kamu Coba
Pada tahun 1970-an, dengan niat untuk menjadikan Batam seperti Singapura-nya Indonesia, Keputusan Presiden nomor 41 tahun 1973 menetapkan Pulau Batam sebagai tempat untuk daerah industri.
Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, atau Badan Otorita Batam (BOB), bertanggung jawab untuk mendorong pembangunan Batam, yang sekarang dikenal sebagai Badan Pengusahaan (BP Batam).
Pada tahun 1980-an, Pulau Batam berkembang pesat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1983, wilayah yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Riau diubah menjadi Kotamadya Batam.
Pada akhir reformasi 1990-an, Undang-Undang nomor 53 tahun 1999 mengubah status Kotamadya Administratif Batam menjadi daerah otonomi.
Pemerintah Kota Batam sekarang mengelola fungsi pemerintahan dan pembangunan, dan juga memasukkan Badan Otorita Batam (BP Batam).