Dulu namanya Pantai Tegar Putri. Kini berganti menjadi Tegar Bahari. Namun setelah bertahun-tahun tak menginjakkan kaki ke sini, saya mendapati satu hal yang tak berubah: tempat ini tetap seperti dulu—sederhana, tenang, seolah tak terjamah waktu. Bahkan tiket masuknya masih bertahan di angka Rp10.000.
Tak banyak yang berbeda, kecuali beberapa pondok beratap jerami yang kini lebih kokoh, meski tetap dibangun seadanya. Seperti kebanyakan pantai di Batam, fasilitas di sini dibuat dengan bahan alami: tiang kayu, atap dari rumbia, asbes, atau seng. Tapi justru kesederhanaan itulah yang memelihara keaslian tempat ini.
Tegar Bahari terletak di ujung Pulau Galang, sekitar 1,5 jam perjalanan dari pusat kota. Jarak yang cukup jauh tak menyurutkan niat para pengunjung untuk datang. Terutama di hari kerja, ketika pantai ini bisa menjadi milik sendiri.
Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi atau sore hari—saat matahari tak terlalu garang dan air laut menampakkan warna toskanya yang jernih dan menenangkan. Bidang pantainya cukup luas, memberi keleluasaan untuk berjalan tanpa gangguan. Pasirnya bersih, dinaungi pepohonan rindang yang menyejukkan.
Kadang-kadang, hanya dengan duduk diam menatap laut, waktu terasa seperti disembunyikan. Deru ombak menjadi satu-satunya suara yang mengisi udara. Sesekali perahu nelayan terlihat bersandar, diam seperti menunggu waktu yang tepat untuk kembali berlayar.
Baca juga: Menghilang, Pantai Dangas Batam Kini Tinggal Nama
Pantai Tegar Bahari untuk Keluarga
Pantai ini juga ramah untuk keluarga. Banyak pengunjung datang bersama anak-anak, bermain air, berenang, atau sekadar berlarian di pasir. Meski begitu, pengawasan tetap penting karena tak ada penjaga pantai.
Jika lelah setelah berjalan atau bermain, pondok-pondok bisa disewa mulai dari Rp80.000, tergantung ukuran dan kondisi. Untuk dua orang, pondok kecil sudah cukup sebagai tempat berteduh, makan, atau bahkan beristirahat sejenak. Tapi jika ingin lebih hemat, membawa tikar sendiri bisa jadi pilihan.
Salah satu kelebihan Tegar Bahari adalah hamparan rumput hijau yang mengundang pengunjung untuk menggelar tikar atau tenda. Di sekitar pantai, warga lokal menyewakan tikar dan menjual makanan ringan. Meski begitu, membawa bekal sendiri lebih disarankan nasi bungkus, misalnya.
Menyantap makan siang di pondok, ditemani debur ombak dan semilir angin pantai, menciptakan pengalaman yang sederhana tapi membekas.
Tegar Bahari bukan sekadar tempat liburan. Ia adalah tempat untuk melambat, mendengar suara alam, dan menemukan kembali kesunyian yang selama ini hilang di antara hiruk-pikuk kota.
Baca juga: Pantai Tiga Putri, Pesona Alam Tersembunyi di Ujung Batam