Civil War 2024 adalah film yang memperlihatkan bagaimana jurnalis foto (perang) bekerja, penuh dilema dan mengancam jiwa. Ia harus memilih netral atau menolong? menjadi manusia dulu atau memotret dulu?

Netral melihat dunia yang dilanda kekacauan cenderung menghilang rasa empati. Kadang satu-satunya senjata yang tersisa hanyalah kamera dan keberanian untuk mengangkatnya.

Film Civil War (2024), karya Alex Garland, bukan sekadar fiksi dystopia tentang Amerika yang terbelah, tapi sebuah renungan tajam tentang keberadaan jurnalis di garis depan kehancuran.

Di tengah desingan peluru dan reruntuhan kota, kita mengikuti Lee Smith (Kirsten Dunst), seorang jurnalis foto veteran, bersama timnya dan seorang fotografer pemula, Jessie Cullen yang diperankan oleh Cailee Spaeny.

Mereka yang juga ditemani dua rekan jurnalis lain (Joel dan Sammy) menempuh perjalanan berbahaya menuju Washington D.C., bukan untuk menyelamatkan dunia, melainkan untuk merekam akhir dari sebuah negara. Perjalanan melalui negara-negara bagian yang sedang berperang menentang pemerintah.

Civil War (2024)

Civil War (2024) sumber (imdb)

Tapi Civil War bukan tentang siapa menang dan siapa kalah. Film ini tidak memberi kita peta yang jelas, tidak menyodorkan ideologi.

Yang dipotret justru adalah konflik batin para pewarta: ketika idealisme bertemu kekejaman, ketika keberanian berubah menjadi kelelahan, dan ketika prinsip “netral” mulai terdengar seperti pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Baca juga: Prajurit Dan, Film Pendek Karya Anak Muda Pemalang untuk Festival Film

Lee, yang diperankan dengan rapuh dan tegas oleh Kirsten Dunst, menjadi figur mentor dan martir. Ia tahu betul bahwa dalam konflik, jurnalis bukan penyelamat — mereka adalah saksi.

Namun, saksi pun bisa mati. Dan saat ia akhirnya terkapar, Jessie, jurnalis muda yang sebelumnya hanya mengikuti jejaknya tetap memotret. Kamera tetap menyala, bahkan ketika nyawa terakhir yang ia kenal rubuh karena peluru.

Civil War (2024)

Civil War (2024) (imdb)

Alasan Mengabdi pada profesi atau kegagalan menjadi manusia?

Garland tidak memberi jawaban. Ia hanya menunjukkan bahwa menjadi jurnalis di medan perang bukan soal keberanian semata, tapi tentang menanggung beban memilih merekam atau menolong, bertahan atau peduli.

Film produkis A24 ini disajikan dalam gaya dokumenter yang natural dan suara ambient yang mencekam membuat penonton seakan ikut dalam mobil van tua mereka, melewati barikade, jenazah, sunyi dan kemudian memekakkan. Setiap klik kamera adalah peluru ingatan. Setiap gambar adalah luka.

Civil War (2024)

Civil War (2024) (imdb)

Dan ketika kamera berpindah tangan dari Lee ke Jessie, kita tidak hanya menyaksikan sebuah kematian, tapi juga kelahiran.

Bukan dari jurnalis muda yang idealis tapi dari seseorang yang kini tahu harga kebenaran bukan hanya risiko, tapi juga kehilangan.

Namun ada kritik terhadap Jessie, muncul dari dilema moral: mengapa dia memilih tetap memotret saat Lee sekarat, alih-alih menolongnya? Ini mencerminkan konflik antara idealisme jurnalisme dan kemanusiaan meskipun ia punya alasan harus melanjutkan perjuangan Lee.

 

Pemeran Utama Civil War 2024

Kirsten Dunst sebagai Lee Smith
Seorang jurnalis foto veteran yang memimpin tim melintasi Amerika yang dilanda perang saudara untuk mendokumentasikan konflik dan mewawancarai Presiden.

Cailee Spaeny sebagai Jessie Cullen
Fotografer muda yang bergabung dengan tim Lee, belajar menghadapi realitas brutal jurnalisme perang.

Cailee Spaeny

Cailee Spaeny tampaknya berhasil memerankan jurnalis muda yang perlu belajar banyak kepada seniornya, Lee (imdb)

Wagner Moura sebagai Joel
Rekan jurnalis yang berpengalaman, menemani Lee dalam perjalanan berbahaya menuju Washington, D.C.

Stephen McKinley Henderson sebagai Sammy
Seorang jurnalis senior dari The New York Times dan mentor bagi Lee dan Joel.

Tema dan Pesan Film

Kekuatan dan batas etika jurnalisme: Film ini menyoroti risiko yang dihadapi jurnalis saat meliput konflik, serta bagaimana mereka mempengaruhi atau bahkan dieksploitasi oleh pihak-pihak yang bertikai.

Keruntuhan demokrasi dan propaganda: Disorot bagaimana pemerintah yang otoriter, perpecahan politik ekstrem, dan media bisa menciptakan kondisi perang saudara.

Realitas brutal konflik: Kekerasan digambarkan secara realis dan mengerikan, membuat penonton merasa seolah berada di medan tempur bersama para jurnalis.

About the Author

Eliza G

Founder and Writer

Travel and Photo Enthusiast, Local Tourism Observer

View All Articles