Di tengah riuh ombak Pantai Melayu, deretan perahu mini tanpa awak meluncur cepat, hanya digerakkan oleh kekuatan angin utara. Bukan sekadar permainan, Jong Race adalah warisan budaya ratusan tahun yang terus hidup, menyatukan generasi tua dan muda dalam semangat kompetisi dan pelestarian tradisi Melayu.
Batam, Indonesia_Permainan Jong atau Jong Race merupakan warisan budaya maritim masyarakat Melayu yang telah ada sejak ratusan tahun lalu. Permainan ini berasal dari masa Kerajaan Johor-Pahang-Riau-Lingga dan berkembang di wilayah pesisir seperti Kepulauan Riau, termasuk Batam, Tanjungpinang, dan Bintan.
Jong adalah miniatur perahu layar tanpa awak yang digerakkan oleh angin. Tradisi ini muncul sebagai hiburan bagi nelayan saat musim angin utara, ketika mereka tidak dapat melaut. Permainan ini tidak hanya menjadi sarana rekreasi, tetapi juga mempererat hubungan sosial antarwarga pesisir.
Perahu Jong dibuat dari kayu ringan seperti kayu pulai atau metangoh, tanpa menggunakan paku agar tidak memberatkan perahu. Desainnya mencerminkan pengetahuan lokal tentang aerodinamika dan keseimbangan, menunjukkan keterampilan teknis masyarakat nelayan.
Meskipun asal-usul pasti permainan Jong sulit ditentukan, tradisi ini telah menjadi bagian integral dari budaya masyarakat Melayu pesisir. Permainan ini juga mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan semangat kompetitif yang sehat.
Hingga kini, Jong Race masih rutin diselenggarakan di Batam dan wilayah Kepulauan Riau lainnya, terutama saat musim angin utara.
Acara ini tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga menarik minat generasi muda dan wisatawan, menjadikannya sebagai salah satu daya tarik budaya daerah.
Baca juga: Lembah Harau yang Mengejutkan Mata
Jong Race di Batam: Menghidupkan Tradisi
Di Batam, Jong Race rutin digelar setiap tahun di Pantai Kampung Melayu, Batu Besar, Nongsa. Sayangnya beberapa tahun belakang event ini vakum di Batam. Akan tetapi di daerah lain, seperti Bintan, event jong race masih diselenggarakan tahun ini.
Acara ini juga menarik perhatian wisatawan lokal dan mancanegara. Selain mempertandingkan kecepatan perahu Jong, acara ini juga menjadi sarana pelestarian budaya dan edukasi bagi generasi muda.
Baca juga: Jalan Menantang Menuju Air Terjun Nyarai
Perahu yang Bergerak Bersama Angin Utara
Permainan Jong merupakan tradisi unik masyarakat Melayu pesisir, yang dilakukan dengan melayarkan miniatur perahu layar tanpa awak. Jong ini dilayarkan di tepi pantai, biasanya saat musim angin utara (sekitar Februari hingga Maret), ketika angin bertiup kencang dan nelayan tidak melaut.
Jong tidak memiliki mesin atau kendali manual, melainkan hanya mengandalkan dorongan angin yang mengenai layar untuk meluncur di atas air. Sebelum lomba dimulai, peserta akan menempatkan jong mereka di garis start di tepi pantai, lalu membiarkannya bergerak mengikuti arah angin menuju garis finis yang biasanya berjarak sekitar 1 kilometer.
Perlombaan ini terbagi dalam beberapa kategori berdasarkan ukuran perahu (kecil, sedang, dan besar) serta usia peserta (anak-anak dan dewasa). Keberhasilan jong mencapai garis finis bergantung sepenuhnya pada keahlian pembuatnya dalam merakit perahu.
Bahan utama yang digunakan untuk membuat jong biasanya adalah kayu pulai, yang ringan dan mudah dibentuk. Desain layar dan bentuk lambung perahu sangat memengaruhi kecepatan dan kestabilan jong di atas air.
Peserta pun harus jeli membaca arah dan kekuatan angin agar jong mereka bisa melaju lurus dan tidak terbalik. Selain menjadi ajang kompetisi, Jong Race juga sarat nilai budaya dan edukatif. Permainan ini mengajarkan pentingnya ketekunan, kreativitas, serta kecintaan terhadap warisan leluhur.
Tradisi ini terus dijaga oleh masyarakat Kepulauan Riau dan kini menjadi daya tarik budaya yang unik, bahkan diupayakan untuk dikenal lebih luas hingga mancanegara.