Seniberjalan.com– Suatu hari seorang petani kopi mendatangi Coffee Shop fatmawaty. Laki-laki itu datang jauh-jauh dari Aceh, hanya untuk menawarkan kopi yang katanya istimewa. Kopi Wine, kopi yang belum familiar di lidah para coffeeholic di Indonesia.
Dia menyodorkan kopi anggur atau Coffee Wine. Sound good! Baru satu kedai kopi di Jakarta dan kemudian ke Fatmawaty yang ditawarkannya.
Fatmawaty adalah seorang barista. Membuka kedai kopi Dangas de coffee House di depan SPBU KDA Batam. Tentu merasa asing dengan laki-laki itu terlebih dengan Coffee Wine yang disodorkannya.
Sang petani bilang bahwa kopi itu sangat spesial, Fatmawaty akhirnya mencoba membeli 1 kilo saja dengan harga yang tidak murah.
Petani itu tidak bohong, Coffee Wine berhasil membuat Fatmawaty jatuh cinta dengan aroma dan rasanya. Hal itu terlihat dari ekpresi yang penuh semangat ketika ibu dua anak ini bercerita tentang kopi itu setelah diteguk dan disajikan di kedainya.
” Kopinya enak, saya benar-benar suka. Saya pesan sedikit, harus mewanti-wanti jikalau nanti saya yang keseringan minum bisa habis dan gak bisa dijual, pokoknya saya tidak menyesal membeli. Malah memesan kembali kepada orang itu,” ujar perempuan berkerudung ini sambil tertawa.
Jika hanya Fatmawaty saja yang mengakui kenikmatan Kopi Wine, mungkin saya sepenuhnya belum yakin akan rasanya. Tetapi, dia bercerita sejauh ini para pengopi berat yang datang memesan kopi di situ juga ikut kepicut dengan Coffee Wine. Bahkan mereka meminta disajikan dengan gelas besar! Mabok.
” Iya, banyak yang pesan Coffee Wine, malah gak mau pake cangkir, maunya gelas yang tinggi, air kopi yang banyak,” ujar perempuan yang telah mendapat sertifikat dari Esperto Barista Course Jakarta ini.
Baca juga: Bermain Salju di Air Terjun Kali Pahit
Mengenal Coffee Wine
Apa sih, si Coffee Wine ini? Sebelum Fatmawaty menyuguhkan kopi, seperti biasa dia akan senang menjelaskan atau memperkenalkan biji kopi tersebut terlebih dulu.
Coffee Wine sebenarnya adalah kopi sejenis Arabica yang ditanam oleh si petani Aceh di dataran tinggi Takengon, Aceh. Ditanam dari ketinggian 1500m di atas permukaan laut. Coffee Wine bukanlah kopi yang di campur wine tetapi biji kopi pilihan yang di petik tanpa dikupas cangkangnya kemudian difermentasikan dalam waktu yang lama. Biji kopinya berbentuk lonjong dengan berwarna coklat muda setelah disangrai.
” Bukan kopi yang campur wine, tidak dicampur apa-apa tapi biji kopi saja difermentasikan dalam suhu ruang tertentu, sekitar 6 bulan hingga satu tahun. Kopi yang dihasilkan juga tidak banyak, per 6 bulan hanya menghasilkan 500 kg saja karena biji kopi terbaik saja yang di petik untuk difermentasikan. Wajar, harganya mahal,” kata dia.
Penamaan “Coffee Wine” karena proses fermentasi itu bisa disamakan seperti fermentasi Wine. Wine yang disimpan dalam waktu yang lama akan lebih nikmat bukan? begitulah pada kopi Arabica itu. Berharap rasanya senikmat Wine namun masih beraroma kopi.
Coffee Wine bisa diseduh dengan berbagai varian. Di Dangas de Coffee House tersedia Black CoffeeWine, Single Espresso Wine, Cappucino Wine dan masih banyak lagi. Yang pasti kopi ini bisa dijadikan base untuk berbagai varian kopi yang anda suka.
” Mau di bikin capucino bisa, caffee Latte bisa tergantung yang disukai, tapi paling recommended disini adalah Black Coffee Wine atau kopi hitam,” saran Fatmawaty.
Cita rasa kopi wine
Bagaimana rasanya menyicip Black Coffee Wine? kopi ini rasanya memang susah dilupakan karena punya rasa yang kuat. Rasanya lebih lama tertinggal di lidah. Kekuatan rasa kopi ini terletak pada rasa asam yang dominan, ada sedikit rasa manis dan pahit. Dari aromanya saja sudah membuat kita bisa berpikir, apalagi menyicip rasanya?
Satu kata untuk kopi ini: berkarakter! seperti kepayang tapi tidak mabuk!
Berasal dari biji kopi terbaik belum tentu menghasilkan rasa nikmat apabila si barista tidak mahir meracik, tidak punya pengetahuan soal kopi, atau tidak tahu bagaimana mempelakukann kopi alias tidak punya feel meracik.
“Ya, disamping tahu soal kopi, membuat kopi harus dari hati, bakal ada pengaruhnya ke kopi buatan anda,” tegas Fatmawaty.
Fatmawaty sendiri menggunakan mesin penyeduh kopi, terkadang menggunakan peralatan manual atau menumbuk kopi dengan tenaga sendiri. Kopi yang diseduh secara manual menurutnya lebih nikmat.
” Rasa kopi yang diolah secara manual tanpa mesin penggiling membuat karakter kopinya tidak hilang,” ungkapnya.
Ada satu cara unik yang digunakan Fatmawati ketika menyajikan kopi. Kopi ini masuk ke dalam menu baru, Dangas Volcano Coffee! kopi yang dibakar!
Kopi yang di bakar maksudnya adalah cara penyajian kopi yang dibubuhi dengan gula merah dipermukaannya. Kemudian gula merah itu di bakar beberapa detik menggunakan alat pemantik api.
Proses ini dapat saksikan langsung di meja pemesan. Treatmen membakar gula merah tersebut akan memberi rasa yang beda pada volcano Coffee. Apalagi memilih Coffee Wine sebagai base-nya, lengkap sudah kenikmatan kopi itu. Tergiur ? yuk, ke Dangas de Coffee house saja! Rata-rata kopi di sini ditawarkan mulai harga Rp 15ribu.
@mero