Bagi pencinta wisata heritage, wisata Sejarah Pulau Buru di Kabupaten Karimun menarik untuk dijelajahi. Meski membutuhkan perjuangan ekstra karena lokasinya yang sulit dijangkau, tak ada salahnya mencoba menapaki situs-situs sejarah yang belum banyak dikenal, bahkan oleh warga Kepulauan Riau sendiri.
Kabupaten Karimun menyimpan warisan sejarah beragam, mulai dari makam raja, perigi kuno, masjid tua hingga vihara berusia ratusan tahun. Destinasi ini dapat ditemui di Pulau Buru.
Di Pulau ini, wisata Sejarah yang menarik dikunjungi salah satunya adalah Makam Si Badang, sosok yang diyakini sebagai hulubalang Kerajaan Lingga, yang kini menjadi bagian penting dalam rute wisata religi Pulau Buru. Berikut Wisata Sejarah Karimun yang perlu kamu kunjungi:
Vihara Cetiya Tri Dharma, Tapak Sejarah Tepi Pantai
Perjalanan di Pulau Buru bisa dimulai dari Vihara Cetiya Tri Dharma, sebuah situs keagamaan yang sudah berdiri sejak 1832.
Vihara ini berlokasi di tepi pantai, tepatnya di Jalan Pendidikan, RT 01 RW 06, sekitar 100 meter dari Pelabuhan Masjid Pulau Buru.
Vihara ini dikenal sebagai salah satu vihara tertua di wilayah tersebut. Dahulu bernama Kelenteng Bu Sua Teng, nama lama itu masih terpampang di atas pintu bangunan utama.
Kompleks ini terdiri dari dua bangunan: bangunan utama berukuran 10 x 5 meter yang mempertahankan keasliannya tanpa renovasi besar, serta bangunan tambahan yang lebih luas untuk menampung jamaah.
Bangunan utama berdinding marmer dengan atap genteng bertuliskan cap “Gichard Carvin and Cie, Marseille Standre,” mengindikasikan asalnya dari Prancis. Perbaikan yang dilakukan pun terbatas, hanya pada dinding yang retak dan pengecatan ulang pintu utama.
Pada perayaan Imlek, vihara ini ramai dikunjungi warga Tionghoa untuk bersembahyang, terutama setelah adanya perluasan bangunan yang memungkinkan ibadah berlangsung lebih leluasa.
Baca juga: Agro Piknik Marina, Wisata Taman Bunga dan Satwa Baru di Batam
Makam Badang, Jejak Sang Hulubalang
Tak jauh dari pusat Pulau Buru, tersimpan situs cagar budaya Makam Badang, tersembunyi di tengah kebun karet.
Untuk mencapainya, pengunjung harus melewati jalan setapak, dengan perjalanan sekitar 30 menit menggunakan sepeda motor dari Kota Buru.
Makam ini dilindungi oleh bangunan bercat kuning berukuran 30 x 30 meter dan diteduhi pohon-pohon gaharu. Sebuah gapura kecil bertuliskan “Situs Cagar Budaya Makam Badang Pulau Buru” menjadi penanda.
Badang dikenang sebagai hulubalang Kerajaan Lingga yang memiliki kesaktian luar biasa. Legenda menyebutkan, kekuatannya diperoleh setelah mengalahkan makhluk gaib yang mencuri hasil tangkapan ikannya.
Dalam sejarah lisan, Badang dikenal sebagai sosok kuat yang akhirnya menjadi panglima kerajaan.
Makam Badang juga memiliki ritual unik. Di dekat pusara, terdapat sebilah tongkat kayu yang digunakan untuk mengukur panjang makam.
Konon, jika hasil pengukuran berbeda-beda, itu menandakan berkah atau sebaliknya. Meski begitu, masyarakat setempat lebih menekankan agar ritual tersebut tidak menjadi bagian dari keyakinan berlebihan.
Masjid Haji Abdul Ghani, Warisan Melayu Pulau Buru
Wisata Sejarah Pulau Buru lainnya yang bisa dikunjungi adalah Masjid Haji Abdul Ghani, atau lebih dikenal sebagai Masjid Buru, merupakan masjid tertua di Kabupaten Karimun.
Diperkirakan dibangun pada abad ke-19, saat Kesultanan Riau-Lingga dipimpin Sultan Abdul Rahman Muazzamsyah (1883–1911).
Baca juga: Wisata Bahari Belitung, dari Pantai Kelayang ke Pulau Lengkuas
Masjid ini didirikan oleh Raja Abdul Ghani bin Raja Haji Fisabilillah, Amir pertama Pulau Buru.
Arsitekturnya menarik, dengan menara kerucut yang menyerupai ruang pembakaran hio di kelenteng, ventilasi dari batu giok biru berukiran Tiongkok, dan dominasi warna kuning khas Melayu.
Bangunan utama berukuran 8 x 15 meter dengan empat tiang setinggi lima meter menopang kubah masjid.
Renovasi dilakukan pada bagian teras untuk menambah kapasitas jamaah, namun sejumlah elemen seperti perigi untuk wudu dan pintu masuk tetap dipertahankan keasliannya.
Menara setinggi 21 meter berdiri di sisi kanan masjid, digunakan untuk mengumandangkan azan. Pengunjung diperbolehkan naik ke menara ini, tentunya setelah meminta izin terlebih dahulu.
Akses Menuju Pulau Buru
Untuk mengunjungi Wisata Sejarah Pulau Buru, wisatawan perlu berangkat dari Pelabuhan Domestik Tanjung Balai Karimun, lalu melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Antarpulau Boom Panjang.
Dari Batam ke Karimun memakan waktu sekitar 1,5 jam (melalui Harbour Bay), kemudian perjalanan Karimun–Pulau Buru sekitar 50 menit.
Di Pulau Buru, transportasi umum terbatas, sehingga sewa motor menjadi pilihan utama untuk menelusuri situs-situs bersejarah.
Lokasi