Akhirnya merasakan pengalaman menginap dua malam tiga hari di kapal pinisi, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sedikit terlambat untuk berbagi di seniberjalan, tapi memori berwisata di timur Indonesia itu masih tersimpan dengan baik di benak saya.

Ya, apalagi menjadi momen pertama kalinya. Pertama kali ke Labuan Bajo, pertama kali ke daerah timur. Daerah tujuan ter-ceklist.

Btw, saya berkunjung ke Labuan Bajo sekitar bulan September lalu, bagian dari trip keluarga. Kami terbang dari Batam ke Jakarta, melanjutkan pesawat ke Labuan Bajo. Jakarta-Labuan Bajo kurang lebih dua setengah jam.

Pulau Padar Labuan Bajo

Pulau Padar Labuan Bajo [seniberjalan]

Karena liburan keluarga, kami menggunakan jasa travel Devita Cruise, jadi tinggal ikut trip yang ditentukan. Rata-rata rutenya sama baik one day trip atau bermalam.

Saat sampai di bandara, kami dijemput kemudian dibawa menuju ke pelabuhan Marina Labuan Bajo, tempat berlabuhnya kapal-kapal pinisi. Dari sini, barang-barang bawaan ditransfer menggunakan miniboat menuju kapal pinisi.

Tak jauh, dari pelabuhan kita bisa melihat banyak kapal piniai mangkal menunggu wisatawan. Hanya saja, kapal itu tak bisa merapat di tepian, diduga karena terlalu dangkal, jadi harus berlabuh sedikit ke tengah.

Baca juga: Berkunjung ke Museum Anatolia: Memuat Patung Dewi Cybele, Ibu Pertiwi Bangsa Frigia

 

Naik Kapal Pinisi di Labuan Bajo

Kapal pinisi Devita Cruise Labuan Bajo

Kapal pinisi Devita Cruise Labuan Bajo [seniberjalan]

Sebenarnya ini bukan kali pertama saya menaiki pinisi tapi untuk menginap menjadi pengalaman perdana. Kami menaiki kapal bermerk Devita Cruise yang sekaligus menghandel semua perjalanan.

Kami disambut ketika masuk. Ada beberapa orang kru dan guide. Mereka langsung memberi arahan atau briefing sebelum kami masuk ke kamar untuk beristirahat. Setelah briefing, kapal perlahan berjalan, saya memilih duduk memperhatikan pemandangan sekitar.

Sungguh indah pelabuhan Labuan Bajo ini. Laut dan bukit tak lepas dari pandangan.

Baca juga: Cara Cari Lokasi TOILET BIDET di Singapura

Meski cuaca panas, masih ada angin sejuk yang menghibur pelipis. Setidaknya merasakan sekali seumur hidup dengan segala hal baik yang disuguhkan tuhan lewat alam.

Pada hari pertama, kami lebih banyak istirahat di kapal karena mulai berlayar di siang hari. Kami disuguhkan makan siang. Menunya olahan laut dan sayur-sayuran. Cukuplah untuk membayar rasa penasaran dengan cita rasa kuliner timur Indonesia untuk pertama kalinya.

Menu makan siang di kapal pinisi Labuan Bajo

Menu makan siang di kapal pinisi Labuan Bajo

Saya kurang tahu berapa luas kapal ini, yang jelas cukup luas untuk membawa lima keluarga. Di atas tersedia tiga kamar, di bawah dua kamar, satu ruang makan dan teras tempat bersantai. Para krunya sangat ramah dan mudah berbaur dengan kami.

Kapal pinisi bisa disewa untuk one day trip kalau kita tak ingin menginap. Kawan saya yang pernah mengambil trip one day trip katanya membayar sekitar Rp1.5 juta. Rutenya kurang lebih sama bergantung kesepakatan mau ke mana.

Trip wajib yang pastinya dilewati adalah ke Pulau Padar dan Taman Nasional Komodo. Labuan Bajo dikenal dengan pemandangan bukit dan air lautnya yang jernih. Jadi snorkeling sudah pasti ditawarkan kepada pengunjung.

Pulau Padar Labuan Bajo

Pulau Padar Labuan Bajo [seniberjalan]

Usai makan siang kami menuju ke Pulau Kelor untuk berfoto-foto. Saya tidak turun karena memutuskan istirahat di kapal. Selanjutnya perjalan berlanjut menuju Manjarite, lokasi snorkeling. Rute hari pertama berakhir di Pulau Kalong. Tempat inilah yang paling berkesan buat saya.

Menyaksikan matahari terbenam beriringan dengan pemandangan kelelawar pulang. Nuansa sunset-nya begitu indah menyuguhkan penghujung sore kami. Bagai lukisan dengan komposisi yang sempurna; kapal-kapal pinisi, bukit, laut, kalong dan sunset berpadu dengan warna petromak.

Saya dan suami memilih duduk di bagian atas kapal agar pandangan kami lepas ke samudera. Lama terdiam menyaksikan semua itu. Rasa syukurnya begitu sempurna dalam hati, diam-diam mengagumi ciptaan Illahi.

Dua Malam Tidur dengan Gelombang

Sudah hal yang wajib saat ini memantau prakiraan cuaca sebelum traveling, mengingat saat ini sering terjadi cuaca ekstrem, tak bisa diprediksi pula. Waktu kami berangkat di hari pertama cuaca sangat cerah bahkan sangat panas.

Namun laut berkata lain terutama di malam hari. Dalam perjalanan kami menuju ke Pulau Padar di hari pertama gelombang begitu tinggi. Dari sini merasakan ayunan gelombang sampai mengaduk perut.

Saya sendiri pusing karena tidur terayun-ayun. Padahal, waktu itu belum begitu malam, kami berangkat setelah magrib dari Kalong menuju Pulau Padar.

Perairan Labuan Bajo

Perairan Labuan Bajo [seniberjalan]

Momen paling mendebarkan adalah hari kedua, gelombang lebih menggila lagi, bahkan air laut sampai masuk ke kapal. Bersyukur kami semua aman.

Ini bukan kali pertama saya berlayar dalam gelombang yang besar, hanya saja saya tak habis pikir kalau perjalanannya bakal seperti ini. Yang terbayang ya laut Labuan Bajo itu tenang. Kondisi gelombang ini membuat saya tidak fit.

Saya berpikir positif, untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, perlu perjuangannya yang sepadan. Mungkin inilah prosesnya, membayar segala kemewahan itu pun kejadian ini akan lebih mudah diingat sebagai pengalaman yang bisa dibagikan agar kita lebih berhati-hati.

Pulau Padar dan Rumah Komodo

Pulau Komodo

Pulau Komodo [seniberjalan]

Kami bermalam di perairan Pulau Padar, besok pagi tinggal melimpir ke pulau itu. Untuk ke sana, kami di antar menggunakan boat kecil dan ditemani seorang guide. Akhirnya saya sampai di lokasi yang kerap dipamerkan orang di Instagram.

Memang indah tanpa cela ciptaan tuhan di timur Indonesia ini. Kalau menanjak lebih tinggi sudut cakrawala akan terlihat jelas menyatukan laut dan bukit di gugusan pulau Padar. Suasana pagi di sini juga sangat teduh, bawannya melamun memandang landscape pulau Padar ini. Masih pagi euy..sudah terpesona!

Puas berfoto-foto di Pulau Padar, jelang siang kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Pink. Pantai ini menurut saya sangat unik dan ikonik karena warna pasirnya yang memerah. Saya sempat tak percaya ada pantai berwarna pink, akhirnya mencari tahu kebenarannya dengan melihat langsung.

Warna pasit itu berasal dari kerang berwarna merah, pecahan foraminifera, yaitu organisme laut mikroskopis yang memiliki cangkang merah atau merah muda. Ketika cangkang mereka mati dan hancur, pecahannya bercampur dengan pasir putih alami pantai.

Kami sempat snorkeling dan berfoto-foto di pantai Pink. Pemandang sekitarnya juga sangat menakjubkan.

Pantai Pink Labuan Bajo

Pantai Pink Labuan Bajo [seniberjalan]

Perjalanan kemudian berlanjut ke pulau Komodo. Di sini situasinya cukup ramai, terutama didatangi turis asing. Ketika datang banyak rombongan yang harus bergantian untuk berfoto bersama komodo.

Biasanya kita ditawarkan untuk berfoto berkelompok dengan latar depan binatang tersebut. Seperti biasa, masuk ke kawasan ini pengunjung akan ditemani oleh seorang ranger atau guide.

Sebagai pengunjung kita harus mematuhi aturan, jangan terlalu dekat dengan komodo atau membuatnya terasa terancam. Kalau membawa anak-anak sebaiknya berada dalam pengawasan orang tua.

Usai mengunjungi lokasi pamungkas, perjalanan kami berlanjut ke kegiatan snorkeling di beberapa lokasi hingga esok hari seperti Manta Point, Taka Makassar dan Pulau Kanawa.

Snorkeling di Labuan Bajo

Snorkeling di Labuan Bajo [seniberjalan]

Akan sangat panjang menceritakan setiap rute yang kami kunjungi, yang jelas semuanya sangat indah. Saya ingin berfokus pada tempat-tempat yang berkesan buat saya.

Saran saya ketika akan berwisata atau trip ke Labuan Bajo adalah cek ramalan cuaca. Kalau tak ingin bermalam, mungkin lebih aman mengambil one day trip.

Bawalah topi dan pakaian yang menutupi kulit karena cuacanya sukses membuat kulit menjadi eksotis. Atau minimal pakailah sunscreen.

Biaya Naik Kapal Pinisi Labuan Bajo

Oh ya, untuk biaya trip ke Labuan Bajo bersama keluarga ini cukup mencengangkan sekitar Rp50-70juta (semua dicover kecual tiket pesawat). Perjalanan tiga hari dua malam, singgah ke banyak tempat di sekitaran perairan Labuan Bajo.

About the Author

mer

Founder

Simple

View All Articles