Asal mula kampung ini dinamakan terih karena dulunya di sekitar pantai terdapat banyak batu-batu. Batu-batu itu ditambang untuk membangun, kini hanya tersisa kerikil-kerikil saja. Terih diartikan batu-batu. Berwisata ke sini sekarang tidak hanya dapat menikmati pemandangannya tapi juga kearifan lokalnya.
seniberjalan.com__Pertama kali singgah ke Kampung Terih dua tahun lalu. Kampung tua ini mampu menarik perhatian dan menyisakan rekam ingatan untuk kembali ke sana. Kampung yang sederhana, masih terasa ‘kampung melayu pesisir’ dengan suguhan pemandangan aktivitas para nelayan, hilir mudik mengayuh manual perahu-perahunya.
Seperti ciri khas kehidupan masyarakat pesisir, masyarakat di Kampung Terih menggantungkan hidupnya dengan melaut. Nelayan di sini lebih senang mencari kepiting ketimbang ikan karena mendapatkan kepiting lebih mudah dan permintaanya cukup banyak.
Kampung Terih berlokasi di Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa, Batam. Luasnya sekitar 12 hektar, posisinya berhadapan langsung dengan Batam Centre, dan dibatasi oleh laut dangkal.
Yang terekam dibenak tentang ciri khas kampung ini adalah kejutan pemandangan yang diberikan. Berawal beberapa meter sebelum memasuki gapura kampung, kita langsung disuguhi oleh pemandangan laut. Kemudian, bonus penampakan Giant Letter-nya Welcome to Batam terlihat jelas bila sudah merapat ke pesisir.
baca pula:Pulau Putri
Di depan kampung ini di bangun pelantar kayu yang menjorok beberapa meter ke tengah laut. Di depan pelantar, para nelayan di sana ‘memarkirkan’ perahu-perahu mata pencarian mereka. Pelantar bagai dermaga kecil di kampung tua ini.
Bila beruntung, bisa saja mendapati nelayan baru pulang melaut dan membawa hasil tangkapannya. Tak jarang ada pengunjung yang men-stop langkah mereka untuk membeli hasil tangkapan tersebut. Bahkan ada yang datang membeli dari Belakangpadang.
Dermaga kecil ini tampaknya menjadi identitas kampung tua
Terih. Asesoris yang memberi nuansa pesisir dan melengkapi landscape kampung. Di pelantar itu juga sebagai tempat favorit dimana pengunjung lebih senang di bidik berlatar laut dan nikmat menghabiskan waktu untuk duduk santai.
Suasana di kampung Terih sangat mendukung untuk penggemar ketenangan. Pemandangannya tercukupkan meski hanya hamparan laut beserta gedung-gedung dan pemukiman Batam di seberang. Menghabiskan waktu sore dipelantar Kampung Terih juga pilihan yang tepat karena disambut dengan pemandangan matahari terbenam. Tidak tampak utuh, tapi cahaya sunset-nya selalu mewarnai sore di kampung tua ini.
Menjadi Kampung Wisata
Tidak banyak yang tahu keberadaan Kampung Terih sebagai tempat asik untuk bersantai dan menikmati pamandangan sore karena kampung ini semula bukanlah kampung wisata. Kini, Kampung Terih bertahap telah dipoles. Melihat potensi wisata yang dipunya dan layak perkenalkan ke khalayak, Kampung Terih berubah menjadi kampung wisata.
November ini, melalui Pari (Penjelajah Alam Kepri) dan kerja sama dengan masyarakat setempat Kampung Terih ditambahkan konsep baru yakni pengembangan kampung ekowisata berupa wisata pantai, mangrove, edukasi, budaya dan sejarah.
Pembangunan ekowisata tampaknya juga bertujuan membantu menambah matapencarian masyarakat di situ. Pengerjaan pembangunan ekowisata tersebut hampir rampung tapi fasilitasnya sudah bisa dinikmati pengunjung. Sesuai ciri khas pelantarnya, tempat ini dipoles dengan tambahan gapura welcome to Kampung Terih.
Kampung ini tidak memiliki pasir pantai yang lebar. Di kanan dan kiri di apit oleh rimbunan bakau. Hutan bakau ikut diberdayakan agar bisa dimanfaatkan sebagai tempat berkunjung hingga tempat kemping. Setelah dikerjakan Pari dan masyarakat setempat, hutan bakau di Kampung Terih dapat ditapaki.
Pengunjung bisa melihat-lihat hingga beberapa meter ke dalam. Menurut Nunung anggota Pari, kini di dalam hutan bakau telah di bangun tempat duduk-duduk, rumah pohon dan pondok – pondok kecil di pinggiran hutan bakau hingga rumah pohon bertingkat. Rumah pohon bertingkat tiga tersebut berada diketinggian 17 m, disiapkan menjadi salah satu titik berswafoto yang menantang adrenalin. Sedangkan pondok-pondok bakau yang di bangun berdekatan dengan perairan, dimanfaatkan untuk bersantai bagi pengunjung.
Di dalam hutan bakau juga sedang di bangun pelantar sepanjang 100 meter. Fasilitas yang lain yang memberi daya tarik adalah ornament perahu yang disediakan untuk berfoto dengan latarbelakang hutan bakau. Di dalam hutan bakau ini dibuatkan lokasi penyelamatan satwa penyu. Jenis penyu yang sering terjaring adalah penyu hijau dan penyu sisik, jenis satwa yang dilindungi. Namun, penyu-penyu yang tertangkap di jaring atau kerambah dilokalisir ke tempat khusus di pantai Kampung Terih sebelum akhirnya dilepaskan kembali.
Hingga saat ini berbagai fasilitas di bangun bertahap, namun sudah terbuka untuk dikunjungi seperti hutan bakau tersebut. Biaya masuk hanya dipungut Rp 5 ribu, sebagai dana yang dikumpulkan untuk membangun fasilitas berikutnya.
Bagi pengunjung yang berkeinginan untuk menginap dengan menggunakan tenda, hutan bakau dapat menjadi lokasi alternative. Masyarakat setempat dan Pari nantinya akan melengkapi kampung wisata dengan fasilitas outdoor dan seaspot hingga fasilitas homestay. Dalam rencana pembangunannya kampung ini diupayakan menjadi percontohan kampung tua lainnya di Batam yang dapat diperlakukan sama menjadi kampung wisata.
Sisi Budaya Kampung Terih
Asal mula kampung ini dinamakan terih karena dulunya di sekitar pantai terdapat banyak batu-batu. Batu-batu itu ditambang untuk membangun, kini hanya tersisa kerikil-kerikil saja. Terih diartikan batu-batu. Berwisata ke sini sekarang tidak hanya dapat menikmati pemandangannya tapi juga kearifan lokalnya.
Bila mengulik sejarahnya, desa ini pada masa Perang Dunia ke II pernah menjadi basis bagi tentara Jepang. Kampung itu dijadikan sebagai gudang senjata di sepanjang pesisir pantai ini. Hingga saat ini, jejak peninggalan tentara Jepang masih dijumpai di sini berupa tapak-tapak bangunan gudang. Kampung Terih menyimpan satu tradisi yang dapat menarik perhatian pengunjung berupa acara Mandi Syafar.
Mandi Syafar sebagai agenda tahunan yang cukup terkenal di Kampung Terih. Event mandi shafar ini diketahui sudah dilaksanakan selama 7generasi di kampung Terih. Dilaksanakan pada hari Rabu minggu terakhir di Bulan Syafar. Tahun 2016 yang lalu, pengunjung mandi shafar mencapai jumlah lebih dari 1000 orang. Tahun ini diperkirakan lebih dari itu.
Menuju ke sana
Desa ini berlokasi di daerah Nongsa. Masih satu arah jalan sebelum ke kawasan resort Palmspring. Tepatnya berada di pemakaman umum Nongsa. Untuk transportasi menggunakan transportasi pribadi karena harus menempuh jarak ratusan meter dari jalan raya Nongsa. Ke arah Nongsa bisa menggunakan bus trans rute Nongsa.
Tip berekowisata ke Kampung Terih
-Bawalahlah lotion anti nyamuk untuk antisipasi masuk hutan bakau
-Bawalah bekal, di sini belum tersedia warung
-Waktu terbaik untuk datang adalah pagi dan sore hari
Seeing is believing
gara-gara gak ada gudang jepang ya.haha
Oalaah.. Saya penasaran dgn lokasi Kampung Terih, tak sadar bertahun lalu saya beberapa kali kemari utk pacaran tp kondisinya memang belum sekece sekarang.
hahah tempat pacarannya kece mba