seniberjalan.com– Sejak pertama kenal film,Hesti Nurnaningsih langsung meyakini bahwa film adalah passion-nya. Dari situ, Hesti berjuang meraih cita-citanya di dunia film melalui Ruang Film Semarang. Mulanya Hesti terinspirasi dari karyanya Peter Jackson.
“Kim ki duk, Chris Marker, Peter Jackson. Karya-karya mereka sungguh luar biasa dan mengagumkan, suatu hari nanti saya pengen bikin film sebagus bikinan mereka” ujar gadis berumur 21 tahun ini.
Sejak umur 5 tahun sebenarnya Hesti sudah kecantol sama dunia film. Bareng kakeknya bisa-bisa begadang sampai jam 2 -3 pagi. Mereka nonton film laga yang ditayangin di stasiun televisi swasta.
Gayung bersambut, pada tahun 2013 atau sewaktu SMA, gadis muda ini dan temen-temennya mendapat kesempatan ikutan lomba film dokumenter Eagle Junior Doc Camp Metro tv dan lolos 5 besar. Kemudian film keduanya juga mendapat keberuntungan.
” Aku bersyukur film ke dua ku masuk festival dokumenter Erasmushuis Jakarta,” jelas gadis berambut pendek ini.
Mendirikan Ruang Film Semarang
Masih di tahun 2013 Hesti ikutan DIGDOC 2013 sebagai observatif, di acara itu dia dipertemukan dengan 20 orang perwakilan komunitas film se-Indonesia. Dari Aceh, Palu, Makasar, Malang, dan sebagainya. Dari situ Hesti terinspirasi untuk mendirikan komunitas film di semarang, bersama 7 temannya, lahirlah RUANG FILM SEMARANG (RFS).
“Bukan tanpa hambatan, belum satu bulan 6 anggota yang laen keluar tinggal aku seorang diri. Lambat laun komunitas ini dilirik dan nambah anggota,” jelas Hesti bercerita tentang perjuangan membentuk RFS.
Langkah menghidupkan RFS, ditempuh Hesti dengan pemutaran film di sekolah setiap sebulan sekali. Film yang di putar adalah film-film pendek seperti kampung belakang, 400 words dan lainnya. Selain pemutaran film tentunya dia juga memproduksi film.
Desember 2014 adalah ulang tahun RFS, untuk merayakannya dibuatlah acara workshop dokumenter dan juga pemutaran film. Untuk mendapatkan dana tiket kereta dan hotel pembicara workshop, dia dan temen-temen rela berjualan stiker di Simpang lima, Semarang.
Baca juga: Dieng Culture Festival 2015
Tahun 2015 ini RFS akan memproduksi film dokumenter kembali.
“Filmnya bercerita tentang pergulaan Hindia Belanda, di jamannya pernah mengalami masa kejayaan ketika produksi gula melimpah. Bahkan dulu kita pernah menjadi negara ke 2 pengekspor gula terbesar di dunia. Tapi sekarang kita menjadi negara pengimport gula. Itu lah yang akan di angkat ke dalam film,” jelas dia.
Hesti mengambil lokasi film di pabrik gula Sragi Pekalongan Jawa Tengah.
Hesti berharap RFS bisa berjalan mandiri dan film yang lagi di produksi bisa segera kelar dan ikut ke berbagai festival film.
Hesti tergolong sibuk, tetapi menurutnya sejauh ini apa yang dikerjakannya masih bisa berjalan beriringan antara sekolah dan komunitas. Perjuangan sebagai anak SMA yang pulang sekolah sore, banyak PR dan ulangan tapi harus berbagi waktu untuk komunitas. Sementara ini Orang tua dukung 100%, meskipun Hesti harus tinggal nge-kos di Semarang, jauh dari Orang tua ada di Kalimantan.
Pojok lain dari Hesti
Hesti Nurnaningsih adalah gadis kelahiran Temanggung 10 september 1994, yang bercita-cita menjadi sutradara dan produser film. Tahun ini sedang menempuh pendidikan di Jogja Film Academy. Berikut pengalaman-pengalaman dia dunia film:
-Peserta workshop DIGDOG 2013
-Peserta workshop XXI 2014
-Peserta workshop da bogor
-Borobudur Youth Forum di bagian medianya
-Peserta workshop parekraf 2hr di jakarta thn 2014
-Panitia layar tancep selama seminggu di Semarang
-Panitia workshop film dokumenter
-Pembicara di festival film polines 2015
-Narasumber di seminarnya UNDIP
selamat datang Alphastripe, suka-suka kamu lah mau berkunjung kapan aja
Alphastripe mengunjungi anda