Pulau Mat Belanda dulunya disebut sebagai Pulau Babi. Menurut Ketua Kelompok Tani pulau ini, Pay bahwa di pulau Mat Belanda awalnya adalah tempat peternakan babi.
Kemudian, peternakan tersebut ditutup sejak belasan tahun lalu dan berganti nama menjadi Pulau Mat Belanda. Pay sendiri tak tahu cerita muasal nama pulaunya tapi bagi masyarakat Belakang Padang, Batam, pulau tersebut sangat familiar karena lokasinya memang berdekatan.
Posisinya persis berada di sebelah kanan Pulau Belakang Padang. Saat surut pun dari Pulau Belakang Padang kita dapat berjalan kaki ke sini.
Namun, ada kisah lain yang membuat pulau ini sangat dikenal masyarakat sekitar. Ternyata pulau ini dulunya pernah menjadi tempat hiburan dunia malam.
“Dulu banyak para ABK asing yang mampir ke pulau itu. Kemudian, ditutup pemerintah dan para pramurianya banyak yang kembali ke daerah asal mereka. Di antaranya ada juga yang menetap dan bekelurga di sini,” kata Pay.
Wajah Baru Pulau Mat Belanda
Saat berkunjung ke sana, pandangan mata saya tidak terlepas dari aktivitas masyarakat setempat yang sibuk menjemur rumput laut. Hampir di setiap rumah ditemui tumpukan rumput laut dan di antaranya sudah dikarungkan.
Mereka menyebut rumput laut liar itu sebagai rengkam. Rengkam memang banyak dijumpai dan tumbuh liar di perairan Kepulauan Riau. Saat air laut surut, rengkam akan terbawa ke tepian pantai.
Begitulah potret aktivitas masyarakat Mat Belanda kini. Pekerjaan melaut yang selama ini menghidupi mereka tak selamanya menghasilkan, dan mereka memutuskan menjadi nelayan rengkam.
Adalah Enin. Seorang nelayan di sini memutuskan beralih pekerjaan menjadi nelayan rumput laut. Menurut laki-laki ini, sejak menjadi nelayan rengkam, dapat membantu perekonomian keluarganya. Apalagi menurut dia menjadi nelayan rengkam cukup ringan dilakukan.
“Sebagai nelayan, kadang mancing ikan susah. Tapi sejak menjadi nelayan rumput laut sangat membantu perekonomian keluarga saya,” kata Enin.
Mendapatkan rumput laut ini juga sangat mudah. Rengkam banyak tumbuh di sekitar Pulau Mat Belanda. Selain itu, memotong atau mengambil rengkam juga membantu menghindarkan perahu nelayan dari jerat rumput laut liar.
Setiap hari, Enin dapat menghasilkan 200 kilo rengkam. Kemudian bisa dijual ke kelompok tani seharga Rp 1.300 per kilonya.
Baca juga: ASITA Kepri Gelar Batam Treasure Hunt untuk Pertama Kalinya
Rengkam Pulau Mat Belanda di Ekspor ke China
Pulau Mat Belanda adalah pulau kecil. Ada sekitar 93 Kepala Keluarga yang menghuni pulau ini. Sebagian besar masyarakatnya saat ini bekerja sebagai Nelayan Rengkam.
Pay mengatakan bahwa produksi rengkam di pulau Mat Belanda sudah di ekspor ke China. Dia bersyukur saat pandemi, pekerjaan tersebut bisa menyelamatkan perekonomian masyarakat setempat.
Sebulan, kelompok tani Mat Belanda bisa mengekspor 4 kontainer rengkam atau sebesar 100 ton. Selain rengkam, ada pula jenis rumput laut agar-agar hasil budidaya. Namun produksinya masih sedikit.
Rumput laut liar lebih mudah diolah. Masyarakatnya hanya menjemur rengkam tersebut seharian hingga kering. Kemudian, rengkam dicacah dengan mesin dan dikemas. Rengkam dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan pupuk.
Menurut dia, rengkam tidak masalah diambil karena dapat tumbuh dengan cepat dan asalkan mengambilnya dengan cara digunting.
Berikut videonya: Kampung Mat Belanda
Seandainya covid sudah mereda. Saya berminat main ke sini.
silakan pak..
Wah ada sejarahnya ya pulau ini untungnya ya sekarang wajah barunya lebih bermanfaat buat penduduk disana dan lebih berkah juga tentunyaa
Dulu sempat terpikir kalau tinggal di pinggir pantai atau di pulau gitu mungkin enak ya.
Ternyata setelah membaca ulasan ini jadi tahu, kalau perjuangan masyarakat pesisir itu kadang ga mudah. Syukurlah ada rumput laut yang bisa jadi salah satu sumber penghasilan mereka di sana.
Semoga usaha mereka sukses mengingat rumput laut juga banyak manfaatnya.
iya mba, ada nelayan yang hidupnya lebih baik dan ada juga sebaliknya
Wow, sehari bisa menghasilkan 200kg. . Banyak juga ya, semoga dengan bergantinya mata pencaharian dari beternak babi menjadi petani rengkam bisa semakin baik rejekinya.
Hepinya aku membaca pulau Mat Belanda ini Mbak, mudah-mudahan bisa beneran main ke sininya
selalu suka baca kisah perjalanan Mbak.
tks mba, semoga kesampaian hehe
Kadang suka terbayang ingin tinggal di sebuah pulau yang penghuninya hanya belasan atau puluhan kepala keluarga seperti di Pulau Mat Belanda ini. Kayaknya bakal seru.
bisa mas, tapi musti punya ide usaha kreatif buat hidup hehe
Baru tahu kalau ada pulau bernama mar Belanda, bersyukur ya, rengkam bisa menjadi jalan mengais rejeki
Ternyata tumbuhan laut itu tidak hanya dapat dimanfaatkan jadi ager – ager,rengkam ini bisa jadi pakan ternak juga ya.semoga berdaya guna untuk perekonomian masyarakat.
benar mba, beda yang agar dan rengkam manfaatnya.
Wah, saya baru tahu dan baru dengar tentang pulau Mat Belanda atau Pulau Babi ini. Saya juga jadi tahu lebih banyak informasi dan gambaran tentang Batam nih dari tulisan ini.
Terima kasih atas tulisannya yang informatif, Kak.
terima kasih mas
Aku baru tahu donk ada pulau namanya Mat Belanda ini. Emang aku kurang jauh nih mainnya. Bagus benar ya kekayaan bangsa ini, lengkap dengan nuansa sejarah negatif dan positifnya. Smg ntar aku bisa ke sini mencicipi bekas lokalisasi (eh) dan rumput lautnya. Hehe..
walah..!
Baru tahu sejarah Pulau ini, dan unik juga yaaa cara Allah mengganti pendapatan para nelayan dengan akhirnya bertani eh judulnya memanen doang ya, si rengkam ini
Salut banget dengan kegigihan para “petani” laut rengkam
Ngambil yang sudah tersedia di alam, yang sebelumnya tak disadari berpotensi ekonomi mba
hoo jadi rumput laut yang sering nampak di tepi laut dan warna kecoklatan itu beda dengan yang diminum ya? yang satu rengkam yang satu rumput laut agar-agar. tambah pengetahuan baru lagi nih ^^
Beda mba, yang agar-agar biasanya ada yang budidaya, kalau rengkam rumput laut tumbuh liar, diolah sebagai pupuk
Ngeri juga ya pernah jadi tempat “dunia malam”. Tapi sekarang keren, sudah bisa ekspor rumput laut. Di sini ada semacam resort kah? Atau bisa dijadikan destinasi wisata oleh traveller?
di pulaunya gak ada resort. Skarang hanya jadi perkampungan saja. Bisa berkunjung ke sini.