Perayaan di Batam lebih sederhana. Seperti yang dilakukan kalangan masyarakat pesisir Kampung Wisata Terih, Nongsa, Batam Rabu lalu.
Sebelum mencebur diri ke laut, warga Terih melewati proses siraman yang dilakukan oleh orang yang dihormati atau dituakan di kampung tersebut. Proses siraman dilakukan secara simbolis untuk beberapa orang saja dan kemudian bisa diikuti sendiri oleh masyarakat setempat.
Di antara warga yang mendapat kesempatan mewakili siraman adalah remaja dan anak-anak. Mereka diguyur dengan air beras di bagian kepala, lalu dibasuh mukanya dengan air beras.
‘Si penyiram’ membacakan doa dan harapan-harapan yang disaksikan dan diaminkan warga.
“Semoga rejekinya lancar,” ucap ‘si penyiram’ yang waktu itu dipercayakan secara simbolis dari perangkat pemerintahan kecamatan Kampung Terih.
Tradisi tersebut tidak berhenti di situ. Di antara masyarakat setempat, setelah berbilas mereka memilih mencebur diri ke laut atau mandi bersama-sama kerabat terdekat.
Makna Siraman bagi masyarakat Terih
Menurut orang yang dituakan di Terih, Seno bahwa makna dari perayaan tersebut bisa diambil dari makna air siramannya. Masyarakat Terih menggunakan beras yang sudah ditumbuk, dicampur daun limau (jeruk), air lani dan kayu ulin untuk campuran air siraman itu. Seno menyebutnya ‘Air Bedak Lani’.
“Beras itu sebagai simbol kesucian, air lani adalah darah dan daun limau adalah keharuman, kami berharap mendapatkan kesucian dan nikmat yang lebih banyak,” kata dia berharap.
Seno melanjutkan, tradisi Mandi Safar punya makna yang sangat mendalam. Terutama sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia Allah SWT.
Sebagai masyarakat pesisir, ritual itu adalah ungkapan terima kasih atas karunia laut yang diberikan tuhan.
“Selama ini nelayan melaut, apa gunanya laut untuk kita? jadi kami bersyukur kepada Allah karena telah menikmati karunianya dari laut,” kata dia.
Selain sebagai bentuk rasa syukur, tradisi ini juga bertujuan untuk memperat silaturahmi masyarakat setempat. Pada penutupan acara Mandi Safar, masyarakat Kampung Terih menggelar makan bersama.
Daerah lainnya di Kepri yang ikut merayakan ritual mandi Safar adalah Kabupaten Lingga. Mandi Safar memang bukan kewajiban dalam hukum islam namun tradisi bernuansa islam ini sudah kuat dilaksanakan turun-temurun di berbagai daerah di Indonesia.
Keren banget emang Indonesia. Banyak banget budaya-budaya lokal yang harus dilestarikan!
Wah, saya baru tau ttg mandi safar ini kk… TFS kak…
Wah iya ya tradisi safar ini di masyarakat Melayu kental banget. Di masyarakat Sunda juga masih dilakukan.
Wah keren yah kak acaranya. Kayanya ini serentak yah diadainnya di Kepri, kmarin di lingga juga ada. Dan aku baru tau kalau makan mandi safar itu ternyata kaya yang kakak ceritain di atas. Keren deh. Thanks infonya yah kak :3
iya serentak karena momennya sama. Di Lingga lebih meriah.
Kirain hanya ada di Jawa aja, tapi ada pakai bermacam-macam bunga gak ya kayak di Jawa?
waktu menyaksikan gak ada, cuma mandi pakai air beras
Masih ada yah kepercayaan seperti itu…memang Indonesia ragam budaya dan kebiasaan masyarakat…jadi toh kita tetap harus saling menghormati dan menghargai
cuma tradisi. mereka ttp menyerahkan kepada ALLAH bukan tradisi itu