Seniberjalan.com — Film POSESIF akan tayang di bioskop-bioskop nasional dan Kolektif bersama komunitas-komunitas film bekerjasama menyelenggarakan NOBAR Film POSESIF. Salah satunya di Kota Batam yang digawangi The Original Movie And Art (TOMAT BATAM) pada hari minggu 29 Oktober 2017.
“Cinta pertama tidak selalu indah. Ini sebuah kisah tentang menemukan harapan dan keberanian.”
Film POSESIF bercerita tentang LALA (Putri Marino) si atlet loncat indah yang hidupnya jungkir balik setelah menemukan cinta pertamanya, YUDHIS (Adipati Dolken), murid baru di sekolahnya. Janji setia Lala untuk Yudhis malah jadi jebakan, karena cinta Yudhis yang awalnya sederhana dan melindungi ternyata rumit dan berbahaya. Lala pun mengambang dalam pertanyaan: apa artinya cinta? Apakah seperti loncat indah yang bila gagal, harus ia coba lagi atas nama kesetiaan? Ataukah ia hanya sedang tenggelam dalam kesia-siaan?
POSESIF merupakan karya perdana PALARI FILMS, sebuah rumah produksi yang ingin menghasilkan film-film berkualitas untuk pasar Indonesia dan internasional, serta diproduseri oleh Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy, atau biasa dipanggil Eddy. Film ini juga merupakan sebuah kolaborasi unik antara sutradara Edwin dengan penulis cerita Gina S Noer.
Karya-karya Edwin sebelumnya telah ditampilkan di berbagai festival film internasional, antara lain Babi Buta Yang Ingin Terbang yang memenangkan FIPRESCI Award 2009, Postcards From The Zoo yang terseleksi berkompetisi di Berlinale 2012, dan juga Kara Anak Sebatang Pohon, film pendek Indonesia pertama yang ditampilkan di Director’s Fortnight, Festival Film Cannes 2005. POSESIF adalah film panjang pertama Edwin yang akan dirilis di bioskop-bioskop tanah air.
Gina S Noer sendiri sudah dikenal oleh penonton Indonesia. Sebagai penulis skenario, hasil karyanya telah disaksikan jutaan penonton lewat film-film box office seperti Habibie Ainun (2012) dan Rudy Habibie (2016).
Kegelisahan remaja menjadi daya tarik tersendiri bagi Meiske yang sebelumnya sudah banyak memproduseri film-film Edwin. Saat menjalani riset untuk POSESIF, perempuan yang turut memproduseri The Fox Exploits the Tiger’s Might (Lucky Kuswandi, 2015), Critic’s Week, Festival Film Cannes, menemukan fenomena pacaran di mana, seakan-akan, pacar berhak mengontrol pasangannya sepenuhnya. “Banyak dari mereka merasa bahwa ‘rasa kepemilikan’ adalah aktualisasi cinta,” ungkap Meiske.
Sementara itu Eddy, yang sebelumnya turut memproduseri Athirah pemenang Film Terbaik FFI 2016, tumbuh dengan menonton banyak film coming of age, yang memotret kenaifan dan kebebasan remaja. “Saya tertantang untuk mengangkat isu serius yang sangat relevan dan dekat dengan remaja, tapi tetap menghibur. Inilah yang kami coba bawa ke pasar remaja Indonesia lewat film POSESIF yang ber-genre Romance Suspense,” ujarnya.
Bagi Edwin, fenomena ini adalah salah satu dari banyak sisi kehidupan remaja yang bisa dieksplorasi dan dikemas dalam bentuk film. Ia ingin memotret kisah asmara remaja lewat tokoh LALA dan YUDHIS yang salah mengartikan cinta pertama. “Hubungan yang posesif disalahsangkakan sebagai cinta sejati,” jelas Edwin. “Ada yang punya obsesi untuk ‘ngebenerin’ pasangannya sehingga selalu memaafkan sebagai tanda kesetiaan,” tambah Meiske. POSESIF mewakili kisah cinta serupa yang mungkin sudah pernah, atau sedang dialami, dan harus dihindari oleh para penontonnya.
Peran Yudhis berhasil membuat aktor Adipati Dolken (Perahu Kertas, Jenderal Soedirman) yang sebelumnya sudah memutuskan untuk tidak lagi menerima peran sebagai anak SMA merasa harus membuat pengecualian. Pemenang piala Citra kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik FFI 2013 untuk film Sang Kiai ini merasa tertantang untuk mengembangkan sosok cinta pertama Lala yang kompleks. “Ini membuat gue harus nge-push diri gue untuk memberi lebih, yang membuat gue semakin matang sebagai aktor,“ ungkap Adipati. Ia juga diberi kebebasan oleh Edwin untuk menyumbangkan ide-ide dalam menginterpretasikan Yudhis.
Di film POSESIF, Adipati berpasangan dengan Putri Marino, seorang aktris pendatang baru berbakat yang dikenal sebagai presenter acara travel and adventure di salah satu stasiun TV swasta. Meski alasan utama Putri ingin bermain di film ini adalah Edwin yang karya-karyanya sudah ia kagumi sejak dulu, Putri sangat jatuh cinta dengan karakter Lala. Alasannya sangat personal, yaitu karena ia sangat dekat dengan karakter Lala kalau sudah berurusan dengan yang namanya cinta. Putri juga bersyukur karena tim POSESIF sangat solid dan sangat membantunya mulai dari proses riset untuk mendalami karakter Lala, selama proses persiapan, khususnya saat membaca skenario, dan juga saat pengambilan gambar untuk film pertamanya ini.
Film ini turut didukung oleh dua aktor peraih Piala Citra yaitu Cut Mini (Pemeran Utama Wanita Terbaik FFI 2016 untuk Athirah) dan Yayu Unru (Pemeran Pembantu Pria Terbaik FFI 2014 untuk Tabula Rasa).
Soundtrack film POSESIF mencakup nama-nama baru dan lawas. Dan, sebuah lagu klasik dari band Sheila on 7, turut meramaikan film ini. Selain itu ada juga nama Dipha Barus, seorang DJ yang membuat pengaruh yang cukup besar terhadap industri musik kontemporer Indonesia. Sejumlah band independen berkualitas turut dilibatkan, termasuk Banda Neira, Gardika Gigih, Matter Halo, Pagi Tadi, dan Afternoon Talk.
Info nobar di Batam @tomatbatam
Sumber @kolektiffilm
jam berapa nobar nya mbak ?