seniberjalan.com__Nurul, seorang pelancong asal Aceh tampak bergembira mengenakan baju adat pengantin (anak daro) Minangkabau. Keinginan yang sudah lama ingin diwujudkan bila datang ke Sumatera Barat. Baju adat tersebut di sewa di lantai dasar Istana Pagaruyuang. Berbagai model baju adat yang dapat dipilih pelancong pria dan wanita. Pelancong juga berkesempatan berfoto di Pelaminan maupun di rumah gadang.

Bila Anda memiliki keinginan serupa, Anda bisa datang berkunjung ke Sumatera Barat. Tepatnya di Istana Pagaruyuang Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar. Sumatera Barat adalah negeri yang kaya destinasi termasuk mudahnya menemukan destinasi berupa situs budaya dan sejarah.

Istana Pagaruyuang merupakan objek wisata yang familiar di Sumatera Barat. Sayang, bila berkunjung ke ranah minang, Anda tidak mencoba untuk datang ke rumah gadang ini. Pasalnya, Istana Pagaruyuang menyimpan cerita sejarah yang layak simak.

Nama lain Istana ini adalah Istano Basa. Istana replika dari kerajaan Rajo Alam ini beberapa kali sempat terbakar. Terkhir, tragedi kebakaran terjadi pada tahun 2007. Penyebab kebakaran itu menurut banyak pihak disebabkan oleh petir yang menyambar. Kemudian kembali di bangun dengan biaya yang tidak sedikit, sekitar Rp 20 miliar.

foto: elizagusmeri/seniberjalan

Kerajaan Pagaruyung memiliki keterkaitan dengan Majapahit, terlihat dari sejarah Adityawarman yang pernah memimpin Kerajaan Pagaruyung. Sebelumnya kerajaan Pagaruyung tergabung dalam Malayapura. Sebuah kerajaan yang pada Prasasti Amoghapasa disebutkan dipimpin oleh Adityawarman yang mengukuhkan dirinya sebagai penguasa Bhumi Malayu di Suwarnabhumi. Adityawarman pernah ikut menaklukkan Palembang bersama Patih Gajah Mada, hingga pada suatu masa, ia memindahkan kerajaan beserta seluruh pemerintahan ke wilayah Minangkabau.

Sebenarnya istano tersebut merupakan replika. Semula Istano Pagaruyuang berada di atas bukit Batu Patah. Kemudian, terbakar habis karena kerusuhan berdarah pada tahun 1804.  Setelah di bangun lagi, pada tahun 1966 kembali terbakar. Akhirnya berpindah lokasi baru di sebelah Selatan dan didirikan kembali pada tahun 1976 dengan peletakan batu pertama oleh Gubernur Sumatera Barat waktu itu, Harun Zain.

Akibat kebakaran, sebagian peninggalan dokumen dan hiasan ikut terbakar. Barang-barang berharga yang selamat kini disimpan di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah Datar. Hingga saat ini Istano Basa tetap menjadi destinasi sejarah yang selalu ramai pengunjung. Dari luar bangunan rumah gadang dengan ciri khas ‘gonjong’ tetap tampak megah.

Megah di luar Mewah di dalam

Istano Basa termasuk rumah gadang yang cukup mewah. Dibuka untuk umum sejak tahun 1970-an, tempat ini berubah menjadi destinasi wisata sejarah dan budaya di Sumatera Barat. Wajar, banyak pelancong yang menghabiskan waktunya untuk berfoto-foto disetiap sisi menarik dari istana ini.

foto: elizagusmeri/seniberjalan

Bangunan rumah gadang ini berada cukup jauh dari pintu masuk. Kemudian berjalan dengan menaiki tangga menuju istana. Halaman istano begitu luas, dimana posisi rumah gadang megah ini tepat berada di tengah-tengah. Diperkirakan luas bangunan istana sekitar 3.5 ha dengan total luas lahan sekitar 12 ha.

Di bagian halaman istana terdapat rumah adat kecil atau disebut Rangkiang atau disebut sebagai Rangkiang Patah Sembilan. Rangkiang berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi dan sebagai simbol kemakmuran dan kekuatan Alam Minangkabau.

Dibelakang Istano terdapat surau yang berfungsi sebagai tempat shalat, belajar mengaji (membaca Alqura’n) dan tempat tidur putra raja yang telah akil baliqh atau telah berumur 7 tahun keatas.

Kemudian, terdapat Tabuah Larangan yang dibunyikan apabila terdapat peristiwa yang besar seperti bencana alam, kebakaran, dan sebagainya.

Bangunan bersejarah ini di bangun dengan dinding berukir. Dengan posisi tangga berada di tengah. Dari luar Istano terlihat tidak bertingkat. Padahal bangunan ini memiliki tiga lantai. Pada umumnya bangunan istano berbahan kayu, dicat mengkilap dan ditopang dengan pilar-pilar penyangga yang terlihat kuat. Bangunan ini disangga oleh 72 buah tonggak.

foto: elizagusmeri/seniberjalan

Pertama menginjakkan kaki di lantai satu kita akan melihat berbagai hiasan ornamen khas minangkabau dibanyak ruang tidur (bilik) pengantin minang. Masing-masing bilik dilengkapi dengan kelambu. Corak hiasan ornamen-ornamen dari banyak bilik ini begitu semarak dengan ciri khas warna warni.

Istano Basa Pagaruyung mempunyai 9 ruang. Bilik pertama berada di kanan pintu masuk. Sebelah kanan merupakan ” Pangkal Rumah” dan bilik terakhir yang berda disebelah kiri disebut ”Ujung Rumah”.

Bilik – bilik ini diurutkan sesuai status penghuninya. Bilik pertama (kanan) dihuni oleh putri raja yang sudah menikah  dari yang tua hingga seterusnya dihuni oleh adik – adik yang sudah menikah pula. Rumah gadang ini memiliki jendela yang begitu terbuka, dari lantai satu Anda bisa memandang ke luar halaman rumah gadang. Pengunjung tampaknya sering meminta berfoto di bagian jendela agar kelihatan benar-benar di rumah gadang.

Di lantai dua, tidak banyak kamar atau hanya terdapat satu tempat tidur bagi putri raja yang belum menikah yang ditutup kelambu berwarna kuning. Sementara di lantai tiga merupakan ruang penyimpanan senjata/pusaka.  Berada di lantai tiga lebih leluasa sejak bersantai menikmati pemandangan di sekitar istana, terlebih pada bagian belakang istana, Anda akan disuguhkan dengan pemandangan perbukitan.

Fasilitas Rumah Gadang

Ketika Anda datang ke Istana Pagaruyuang, banyak temukan jasa foto yang menawarkan foto-foto di istana. Jangan lewatkan mencoba menggunakan pakaian pengantin/adat minangkabau. Persewaan pakaian ini berada di lantai dasar rumah gadang.

"istana pagaruyuang.jpg"

foto: elizagusmeri/seniberjalan

Banyak pengunjung yang tidak melewatkan kesempatan terutama untuk perempuan yang ingin merasakan pengalaman ‘ber-suntiang’. Sunting ini cukup ringan karena replika berat berbeda dengan dikenakan pada pernikahan minang biasanya.

Biaya sewa menggunakan baju adat ini sekitar Rp 35 ribu. Dilain kesempatan, di sekitar istana terkadang juga ditemukan pemandu wisata yang menawarkan berkuda di halaman istano hingga tawaran bermain skuter dan berfoto bersama badut.

Untuk berbelanja di depan area parkir Anda akan menemukan banyak toko cinderamata yang menawarkan cinderamata ranah minang, seperti t-shirt bergambar Istana Pagaruyung, tas, gantungan kunci dan lainnya.

Menuju ke Sana

Istana Pagaruyuang terletak di Kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Berjarak sekitar 1.5 jam dari kota Bukittinggi. Dapat ditempuh dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Harga tiket masuk dewasa Rp7000, Anak-anak Rp5.000n dan Wisatawan Mancanegara Rp12.000.

Tip

– Jagalah kesopanan dan kebersihan selama berada di istana

– Perhatikan benda-benda pusaka yang tidak boleh disentuh atau digunankan di dalam istana

-lepaslah alas kaki sebelum memasuki istana

About the Author