Seniberjalan.com– Event tahunan Kampung Cempluk Festival (KCF) memasuki usia ke-6. Event ini diadakan di Dusun Sumberejo, Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Tampaknya akan menghadirkan suasana budaya kampung yang lebih kental.

Satu penggagasnya, Redy Eko Prasetyo bahwa KCF#6 kembali hadir pada 27 September – 03 Oktober 2015 dengan tema ‘Harmoni Kampung Untuk Indonesia’.

“Secara isu, Indonesia kian hiruk pikuk dengan apapun yang sekarang menjadi tren (politik) dan segala macam gejolak lainnya. Tapi ketika di kampung ini tetep rukun, gotong royong, harmoni, saya pikir itu yang menjadi kuncinya. Keseimbangan,” terang Redy.

Menurut Redy, pada mulanya dan hingga sekarang, KCF digelar sebagai bentuk mempresentasikan kampung sebagai ruang. Ruang berkebudayaan sekaligus berinteraksi. Ruang kesenian yang dulunya tidak bisa dinikmati warga kampung, dihadirkan ke hadapan mereka.

“Katakanlah string section, atau teater. Mereka tidak mungkin akan datang menonton ke kampus-kampus. Pelaku seninya yang harus datang ke sini (kampung),” imbuhnya.

Foto : Ist

Foto : Ist

Jika kalian pernah datang di gelaran KCF sebelumnya, pasti memiliki kesan tentang suasana tempo dulu. Tampilan kesenian, mulai dari karnaval budaya, aksi teater, sulap, gamelan, layar tancap, rumah hantu, aneka stand jajanan tradisional, souvernir hingga kolaborasi seniman musik lokal dan mancanegara, semuanya digelar benar-benar dalam sebuah pedesaan. Lengkap dengan interaksi warganya.

Tak heran, selain memunculkan ruang kajian dan kebudayaan baru, gelaran KCF juga berdampak pada ekonomi warga sekitar.

“Warga Cempluk (Sumberejo) yang dulunya tak pernah berjualan, setelah ada KCF terus berjualan meski tak ada event. Sudah menjadi mata pencaharian baru,” kata Hanafi Ridwan, Ketua Panitia KCF#6.

Gelaran KCF tahun 2015 ini akan lebih meriah, pasalnya, menurut Redy kali ini akan melibatkan seluruh warga Desa Kalisongo. Sebelumnya, ‘tuan rumah’ KCF memang hanya di lingkup Dusun Sumberejo, yang menjadi lokasi Kampung Cempluk: sebuah permukiman di wilayah RW 2.

“Masing-masing dusun mengirimkan delegasi untuk pertunjukan, tapi konsentrasinya tetap di Sumberejo,” kata Redy.

Di tiga hari awal kegiatan, KCF akan diisi oleh potensi-potensi dari warga Kalisongo. Hari ke 4 – 6 akan diisi oleh talenta dari luar, baik dari komunitas maupun seniman tamu. Pada hari ke-7, akan menjadi ajang kolaborasi seluruh peserta. Masih ingat dengan Persahabatan Project, kolaborasi antara musisi Malang, Bandung, Tuban, Bali, Perancis dan Italia pada gelaran KCF#5? Atau aksi musisi nyentrik Leo Kristi?

Foto : Ist

Foto : Ist

Mengenai siapa saja artis yang terlibat pada KCF#6 masih dirahasiakan. Hanya menurut panitia, mereka akan mengundang salah satu seniman top Indonesia.

“Kita tetap akan menggunakan 3 stage yang akan dibagi rata. Tiap RT akan dilibatkan, terutama koordinasi untuk pemadaman listrik di Sumberejo mulai pukul 5 sore – 10 malam ketika acara. Matikan lampu di teras wajib hukumnya,” imbuh Hanafi.

Nantinya, penerangan akan diganti dengan lampu tradisional. Termasuk aneka dagangan yang dijual harus bernuansa tradisi.

“KCF#6 akan menghadirkan hiburan baru, yakni wahana aneka permainan tradisional jaman dulu lengkap dengan panduan. Pengunjung bebas memainkannya,” jelasnya.

Jadi, siapkan waktu luang sekarang juga!

Sumber : halomalang.com