Museum Raja Ali Haji menjadi museum pertama yang cukup konprehensif di Batam. Diresmikan bertepatan pada Hari Jadi Batam ke 191 tahun, yakni pada tanggal 18 Desember 2020. Semula ada tiga nama yang dipersiapkan untuk museum tersebut, di antaranya adalah Raja Haji Fisabilillah, Raja Ali Haji, dan Raja Ali Kelana. Namun, Wali Kota Batam, Rudi memutuskan memilih nama Raja Ali Haji. Raja Ali Haji dikenal sebagai seorang pengarang Melayu abad ke-18 yang termasyhur.
seniberjalan.com _Gedung Museum yang berada di alun-alun Engku Putri Batam ini semula merupakan ex gedung MTQ pada tahun 2017, kemudian dialihfungsikan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Batam sebagai museum. Saat ini museum tersebut terdaftar di database museum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Musem Raja Ali Haji memuat benda-benda sejarah dan peradaban Batam mulai dari Batam sejak zaman Kerajaan Riau Lingga, Belanda, Temenggung Abdul Jamal, Jepang, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Pertama, era BJ Habibie, Kota Administratif, hingga Khazanah Melayu.
Batam akhirnya punya museum, tentunya senang. Tentu sangat disayangkan jika tidak punya. Padahal, Batam termasuk kota yang terbilang sudah berumur; banyak jejak dan nostalgia sejarah yang terekam.
Keberadaan museum setidaknya menjadi alternatif pengarsipan berbagai peristiwa sejarah di Batam. Informasi itu tentu perlu disampaikan sebagai bentuk edukasi kepada warga Batam maupun masyarakat luar.
Batam tanpa narasi sejarah kurang menarik untuk diceritakan kepada orang baru. Di museum Raja Ali Haji ini, setidaknya kita mendapatkan beberapa pengetahuan tentang sejarah Batam. Terutama tentang sejarah pemerintahan kerajaan masa dulu yang tidak terpisah dari pengaruh kerajaan Melayu.
Misalnya penjelasan tentang masa pemerintahan Raja Nong Isa. Saat masuk ke museum yang berbentuk mesjid ini, kita akan bertemu dengan lukisan Raja Nong Isa dan berbagai tulisan yang menjelaskan tentangnya.
Untuk diketahui Raja Nong Isa atau juga disebut dengan Raja Isa bin Raja Ali pernah menguasai Pulau Batam. Pada tahun sekitar 1829, beliau mendapatkan sebuah mandat dari Sultan Riau dan juga diberikan perintah oleh Muda Riau VI agar memerintah pada kawasan Nongsa dan wilayah sekitarnya.
Ada berbagai foto-foto sejarah lengkap dengan tulisan penjelasannya, termasuk sejarah Masa Riau Lingga. Tampak pula koleksi foto perempuan Melayu Daik Lingga sedang mengenakan pakaian khas Melayu Tudung Manto dan Kebaya Labuh.
Selain itu terdapat terpampang foto tugu Cogan. Cogan merupakan regalia atau simbol kebesaran dari Kerajaan Riau-Lingga, Johor, Pahang.
Baca juga: Review Pantai Setokok, Seperti Apa ya Kondisinya Sekarang?
Memaknai Nasi Tumpeng dari Sejarah, Ragam dan Filosofinya
Jam Di simpang Jam hingga Meriam Belakang Padang Disimpan di Museum Raja Ali Haji
Dinas Pariwisata Batam terus menyempurnakan koleksi di museum Batam. Saat ini sudah ada 14 khazanah atau tempat menyimpan benda berharga berdasarkan klasifikasinya.
Selain menyimpan beragam benda peninggalan sejarah, museum Raja Ali Haji juga memuat benda kategori infrastruktur Batam. Satu yang menarik perhatian dari kategori tersebut adalah sebuah jam. Ukurannya tidak terlalu besar.
Bagi warga Batam yang mengenal simpang lampu merah Simpang Jam pasti familiar. Jam tersebut adalah jam Simpang Jam diambil dari nama lampu merah Simpang Jam yang saat ini berganti nama menjadi flyover Laluan Madani.
Yang terbaru ditambahkan pula meriam yang didatangkan dari Kecamatan Belakang Padang. Meriam tersebut dihibahkan oleh masyarakat Belakang Padang sebagai bukti perjuangan pahlawan dahulu melawan penjajah.
Menurut sejarah, meriam ini di bawa dari Pulau Buluh ke Belakang Padang sebagai Ibukota Kecamatan Batam pada dekade 80an pada masa Camat Mustafa Saleh dan diletakan di Kantor Camat lama. Pada tahun 1992 Kantor Camat Belakang Padang dibangun.
Beruntung, selama 40 tahun berada di Belakang Padang meriam tetap terjaga dengan baik dan akhirnya bisa disimpan di museum Batam.
Baca juga: Cahaya Tuhan di Museum Tsunami Aceh
Jam operasional Museum Raja Ali Haji Batam
Dibuka setiap hari Selasa hingga Minggu. Pada hari Senin tutup.
Waktu berkunjung : 10.00-16.00 WIB
alamat: Alun-alun Engku Putri, Depan Pemko Batam
Google Map Museum Raja Ali Haji Batam
sumber: disbudparbatam
Aku udah lama banget nggak wisata edukasi ke museum macam begini nih. Kangen juga sih. Terakhir kayaknya udah bertahun-tahun lalu. Hiks
gak apa mba, sesekali mampir lagi
Aku penasaran sama usia jam simpang limanya mba, hmmm doakan semoga suatu saat bisa jalan-jalan sampai Batam Yaa..
saya kurang tahu usianya hehe..
Aku pengen banget suatu hari nanti bisa jalan-jalan ke batam. Bagus banget ya arsiteknya museum raja ali haji ini..
mariii..
Museumnya asik,banyak yang bisa kita pelajari dari koleksi Museum Raja Ali.Ada sejarah ada budaya, keren deh
yes mba
aku selama ini kurang tahu sejarah pulau Batam ini gimana. tahunya cuma dekat sama singapura aja. hehe. alhamdulillah ya sekarang sudah punya museum di sana
haha iya, orang umum pasti nilainya begitu, padahal banyak sejarah tentang Batam.
Kalau ke Batam, mungkin sebelum belanja belanj, bolehlah ya mampir dulu ke museum raja Ali ini, biar makin kenal sama Batam. Makasih ya mbak udah diajak jalan-jalan ke museum yang ada di Batam.
boleh mba
Hmm aku tuh kalau denger Batam kayak yang jauhhh banget, makanya gak tau kapan bisa jalan2 mengunjungi Batam. Tapi pengen banget suatu hari ke sana, pasti museum ini jadi salah satu wishlist aku 🙂
batam deket mba, dari jakarta cuma 1.5 jam
Selalu menarik membaca sejarah budaya suatu daerah. Akupun belum tahu banyak tentang Batam jadi mendapat sedikit wawasan
Jadi penasaran dengan Museum Ali Haji. Interiornya megah. Semoga lain waktu bisa berkunnung. Btw, aku salfok dengan ‘cogan’. Haha
cogan bukan cowo ganteng ya hehe
Senangnya Batam sekarang memiliki museum ya. Museum itu bagi sebagian orang membosankan, bahkan mungkin tidak menyenangkan untuk dikunjungi, tapi tidak bagi saya. Saya senang berlama-lama malah di museum.
iya sih, tapi kalau suka sejarah pasti suka
Batam itu di sumatera. Tapi molly belom pernah ke batam. Pengen deh nyebrang pulau. Ternyata indah ya masjidnya di sana.
masjid di sini ala2 melayu